Selasa, 08 Juli 2014

Bukan yang biasa

Kamu bukan seorang biasa yang ku temui lalu terlupa
Kamu bukan seorang biasa yang ku kenal lalu biasa saja
Kamu tidak seperti itu
Kamu bukan yang biasa, ternyata

Kamu mampu membuat ku terjaga hingga larut
Tanpa ku sadari aku lalai akan diri ku sendiri
Kamu bisa membuat ku menoleh
Menyisihkan segenap waktu ku ketika aku berjuang di kehidupan

Ternyata kamu, yang ku temui secara tak sengaja
Bisa menjadi yang berarti
Ternyata kamu, yang ku kenal baru saja
Mampu membuat ku merindu yang gila

Jarak kini yang mencekik ku
Segala keterbatasan juga menjadi sebuah halang untuk ku
Entah apa yang kau lakukan, tapi dirimu mampu menarik ku
Untuk terus berjuang dan menghalau halang itu

Kini rindu ku di atas awan sedang mengawang-awang tinggi
Sulit untuk ku pegang ataupun ku kendalikan
Hanya harap ku pada angin
Bawalah awan rindu itu sejauh 530 km ke arah timur dari Jakarta

Dihukum Rindu

Aku sedang berada di ujung jalan sana
Terdiam menanggung rindu
Rindu pada nya yang ku temui di kedai kopi
Akhir bulan mei lalu

Aku sedang berada di ujung tanduk
Tanduk kerinduan yang menusuk
Terlalu menusuk ku
Bahkan mampu menghentikan kerja otak ku

Tiada upaya bagi ku
Hanya harapan yang terus melambung
Hara desibel getar rindu kini
Mampu menembus jarak ratusan kilometer ini



Melangkahlah ke depan

Melangkahlah, meski sakit
Menjauhlah, meski sulit
Merapatlah, meski sempit
Mencintalah, meski pahit

Iya, tetaplah mencinta
Bukan pada sosoknya yang telah meninggalkan mu
Tapi pada ia yang kini menunggu mu
Di ujung sana, ia menunggu mu

Menepilah kesini
Disini, di samping ku
Genggamlah aku
Disini, di sela jari - jari ku

Bukan untuk menjadi sandaran dikala sepi
Namun untuk berbagi dikala suka dan duka
Aku memang bukan dia yang akan sama
Tapi aku akan menjadi aku, untuk mu

Senin, 07 Juli 2014

Mendaki gunung - Filosofi Kehidupan

Apa sih yang lo cari di gunung?
Naik gunung apa enaknya sih?
Di puncak ada apaan? Yang diliat apa?


Naik gunung kan capek..
Ngapain sih lo naik gunung terus?

Woaa woaa woaa orang-orang menggonggong, gue tetep naik gunung !!

Haha gaya gue laksana sang pendaki gunung level kawakan aje.. Engga engga, gue ga se-hawt, se-wow, se-hebat dan sesering itu kok naik gunungnya, masih amatir..
Jadi gini temen-temen pembaca, gue sempat menemukan filosofi kehidupan ketika naik gunung, tepatnya saat gue lagi mengikuti pendidikan MAPALA Arga Zarka. 

Buat kalian yang pernah naik gunung, mesti tau dong trek yang kita lewati ketika di tengah hutan itu licin dan sulitnya kaya apa. Ditambah lagi saat pendidikan, semua yang gue lakukan dikejar oleh waktu. Ga ada yang namanya jalan santai tawa tiwi, ga ada yang namanya carrier seberat kurleb 10-20kg ditinggal gitu aja, ga ada yang namanya duduk-duduk manis sambil minum sepuasnya. Yang ada jalan dikejar waktu, segala kegiatan mesti disiplin, cepat, sigap dan yang pasti carrier tetep di punggung.

Saat itu gue satu-satunya peserta pendidikan cewek, ketiga temen gue cowok semua. 8 hari gue abis-abisan di gunung, makan seadanya, otak harus tetep berjalan, fisik harus tetep dijaga dan emosi tetep harus dikontrol. Bisa dibilang pendidikan ga ada enak-enaknya acan, cumaa pelajarannya buanyak banget. Yang secara umum gue dapet adalah, apa yang sudah lo pilih harus lo jalanin sesakit apapun perjalanan itu, karena di ujung jalan sana ada kepuasan yang menanti lo dan akan membayar semua sakit yang lo rasa..

Saat pendidikan ada suatu hal yang membekas (bener-bener membekas) di fisik dua jari kanan gue. Saat itu gue lagi solo night trekking dan oleh seorang panitia gue ditaro diurutan terakhir dari keempat peserta. Ketentuannya saat solo night trekking, gue jalan sendiri dan harus bisa balik ke camp peserta. Saat itu gue cuma bersama headlamp di kepala, botol air minum di tangan kiri dan tramontina (golok/parang Brazil) tanpa sarung di tangan kanan. Gue sukses mencari jalan balik ke camp, tapi udah dikit lagi sampe camp panitia gue harus melewati tanah yang agak tinggi dan licin bekas aliran air sungai. Ketika gue mencoba untuk loncat naik, tangan kanan gue yang sedang megang tramontina malah melorot tepat ke bagian tertajam tramontina. Oke well well, it was so much hurted me and simply gue harus ganti perban berkali-kali dan besoknya gue turun ke kota untuk diobatin ke puskesmas.

Terus apa hubungannya dengan kehidupan, Nad?
Oke, sabar yaa bacanya....

Jadi dari kejadian tramontina itu masih ada waktu sekitar 2-3 hari lagi gue di gunung and there were no dispentation after I stayed at committee camp for a night. Besoknya setelah gue dari puskesmas, gue harus kembali lagi ke ketiga temen cowok gue dan mengikuti kegiatan pendidikan seperti biasa dengan tangan dibalut perban dan plastik. Yes, gue udah sesakit itu dan mesti harus tetep angkat carrier, mesti harus tetep ikut kegiatan, mesti tetep harus jalan berkilometer jauhnya dan terjatuh-jatuh. Ini semua bukan paksaan panitia, ini semua adalah pilihan gue. Iya, pilihan gue untuk sakit-sakitan begini.

Pernah suatu waktu saat gue lagi jalan di trek gue jatoh, saat itu udah malem, kita lagi perjalanan menuju camp untuk istirahat, tangan gue sakit banget, temen-temen yang lain udah di depan, tinggal ada satu panitia yang nyemangatin gue tanpa ada bantuan fisik sedikitpun untuk bantu gue bangun. Panitia itu bukan jahat, dia cuma mau gue tetep kembali menjalankan apa yang udah gue pilih. Disaat jatuh itu gue berpikir, apa yang telah gue laluin di gunung ini sama persis dengan kehidupan. Saat gue jatuh itu, gue harus tetep bangun. No matter what was happened with your body and soul, you have to done this way. Kalo gue ga bangun, ga akan ada yang mau nungguin keterlambatan gue itu, semuanya sedang mencapai camp untuk istirahat, semuanya sedang menuju kehidupan yang lebih enak dan layak.

Sama banget kaya kehidupan ini. Pernah kan lo berasa jatuh nyusruk teguling-guling sakit banget trus seakan-akan ga ada yang bantuin lo? Pernah kan lo berasa jauh banget dari kebahagiaan dan sakit banget menjalani suatu masa? Ya iya itu sama banget kalo lagi di gunung. Gue jalan jauuuh banget dari kota, jauuuh banget dari kenyamanan kamar ber-AC, jauuh banget dari kenyamanan dimasakin nyokap. Tapi disaat gue jauh itu, gue harus mencoba untuk tetep berjalan. Berjalan tanpa nyokap dan bokap untuk ngebantu gue bangun, berjalan dengan beban carrier sekian puluh kilogram tanpa meinggalkannya sedikit pun. Kalo gue jatuh, gue sendiri yang harus memaksa diri gue untuk bangun. Kalo enggak, yaudah gue tertinggal sendirian, mungkin akan mati di tempat kehabisan logistik. Tapi...begitu gue sudah menjalankan itu semua, gue dapet balasannya, gue dapet gantinya boii..

Disana, dipuncak gunung sana, Yang Maha Kuasa udah menyiapkan yang indah indah bagi mereka semua yang mau menjalani lelahnya pendakian gunung. Begitu juga dengan kehidupan, Yang Maha Pemberi udah menyiapkan kejutan setelah lo jatuh bersakit-sakit dan berusaha untuk bangkit dari keterpurukan lo. Percaya deh, seterpuruk apapun lo saat ini, sebanyak apapun orang yang menyakiti dan meninggalkan lo, bangkitlah !  Apapun caranya. Gue yakin, Allah SWT udah menyiapkan yang indah-indah buat lo semua yang mau usaha..

Bangun tidur ngeliat yang kaya gini. Gimana coba rasanya? :))
Yang bikin semangat mendaki :)
Bayaran kecil setelah "hampir mati" mendaki Semeru : Negeri di atas awan ^^



































That's why I did anything to earn some money and do my trip again and again

Jangan lari, santai aja lah..

Pernah ga lo ngerasa mau lari tapi rasanya kok kaya jalan di tempat?
Pernah ga lo susah payah menghindar malah ternyata makin mendekat?
Pernah ga lo mau mencoba untuk ngelupain tapi malah makin melekat?
Pernah ga lo pengennya benci tapi yang muncul malah justru rindu?

Gue pernah, pernah banget.... Mungkin kalian juga pernah....

Gue pernah berada di masa-masa itu..
Masa dimana gue pengen kabur, tapi justru malah gue ketarik balik ke masa itu. Gue berasa lari yang mana di depan gue ada karet ketapel yang maha besar tau gak. Gak ada yang bisa nahan gue balik ke masa itu, ga ada yang bisa megangin karet ketapel itu..

Sumpah saat itu gue rasanya pengen reinkarnasi aja deh. Serius. Gue merasa dunia gue udah sungguh tercampur aduk, bolak balik, berantakan ga karuan. Gara-garanya apa sih? Ya ga jauh dan ga lain pastinya tentang cinta lah.. Tentang dia yang menjatuhkan gue ke jurang yang sama berkali-kali, Kalo udah sampe berkali - kali, berarti kebodohan letaknya di gue.

Iyes gue pernah sebodoh itu, iyes gue pernah secintah itu sama seseorang. Tapi itu dulu, udahlah ya udah berlalu dan it doesn't worth to tell anymore :))

Mungkin setiap kita punya masing-masing cerita terhadap seseorang, cerita yang panjang nan indah maupun kisah singkat yang terlalu membekas. Dua - duanya sama - sama punya tempat tersendiri di hati dan memori otak kita. Jujur aja deh, gak akan ada satu hal indah pun yang akan terlupakan begitu saja kan oleh lo kecuali lo mengalami alzheimer (na'udzubillah), ya kan? Bahkan, dengan izin Tuhan pun, mereka yang alzheimer masih bisa merasakan dan mengingat cintanya terhadap pasangannya.

Gue pernah jungkir balik pengen melupakan, gue pernah lari terseok - seok biar menjauh darinya, gue pernah pergi luntang-lantung nyibukkin diri biar lupa sama semuanya. Apa gue berhasil? Gak sepenuhnya gue berhasil... Oke fine emang itu semua adalah salah satu usaha gue untuk mencoba melupakan. Oke fine emang lo harus cari kesibukan baru yang jauh dari hal-hal yang bikin lo inget sama dia. Tapi sesungguhnya ada yang lo lupa.

Lo udah sekian lama sibuk mencari jalan keluar biar ga inget - inget dia yang udah ninggalin dan nyakitin lo, tapi lo malah semakin melekat dan menempel. Kenapa begitu? Karena lo belom mencoba untuk berdamai dengan perasaan lo sendiri. Lo bahkan ga berdamai dengan masa lalu lo. That's why lo selalu berasa dikejar - kejar dia yang ingin lo lupain. Bahkan ketika lo berusaha melupakan masa lalu dengan mencari penggantinya. It wouldn't work at all.

Yang ada lo akan sibuk dengan imaging "gue bahagia tanpa lo" tapi bukan itu yang sesungguhnya terjadi di diri lo? Am I right? Yes, gue bisa berkata demikian because I used to be this fckin people. Gimana akhirnya gue bisa terlepas dari itu semua?

Well, I told you. Berdamailah. Berdamailah dengan perasaan lo. Berdamailah dengan masa lalu lo. Chillax guys.. gausah buru-buru memutus hubungan total dengan dia, gausah buru-buru nyuekin dia, gausah buru-buru cari penggantinya, gausah buru-buru pengen punya pasangan lagi. It just wasted your time.

Santai aja.. lo happy-happy lah dengan kehidupan lo, dengan temen-temen lo, dengan keluarga lo. Banyakin temen baru and be an open-minded person. Coba deh jelajahin Indonesia, oke well terlalu luas, jelajahin deh pulau Jawa atau satu pulau lainnya. Trust me, you'll find something and someone much much better than you know before.

And yes, 
I did.